Kiyai Hasim Asyari Dan Jendral Sudirman


Kiai Hasyim Asy'ari dan Jenderal Sudirman
Hadhratusy Syaikh KH. Hasyim Asy'ari adalah pendiri Pondok Pesantren Tebuireng yang sangat dihormati oleh kalangan kiai pesantren di Indonesia. Dia juga merupakan pendiri oganisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdhatul Ulama, yang dideklarasikan di Surabaya pada 31 Januari 1926.
Sebagai seorang ulama, pada masa perjuangan menegakkan Negara Republik lndonesia, Kiai Hasyim memiliki peran yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Semasa hidupnya, Kiai Hasyim sangat dekat dengan para pejuang. Sering kali, para pejuang-sepeni Jenderal Sudirman dan Bung Tomo-datang untuk meminta petunjuk tentang strategi perjuangan bangsa, dan tentu saja; meminm doa. Dia adalah salah seorang kiai pesantren yang oleh pemerintah RI diakui sebagai Pahlawan Nasional karena jasa-jasanya dalam perjuangan negara dan bangsa
1947, pemuda Yusuf Hasyim (putera bungsu KH. Hasyim Asy’ari) langsung menjemput Pak Dirman di pintu gerbang dan menyampaikan keinginannya untuk bergabung dengan pasukan Pak Dirman. Ketika itu, Pak Dirman dalam keadaan sakit. Saat keinginan Gus Yusuf disampaikan kepada Hadhratusy Syaikh, Kiai Hasyim hanya tersenyum.
“Beribu-ribu santri siap mati syahid demi mempertahankan kemerdekaan negaranya,” kata Kiai Hasyim.
Mendengar ucapan Hadhratusy Syaikh, Pak Dirman seketika mengubah duduknya menjadi lebih tegap, seakan terinjeksi oleh energi berkekuatan tinggi sehingga dia yang sakit menjadi sehat seketika.
***
Nama Kiai Hasyim memang sangat masyhur di kalangan Pesantren. Menurut DR. Zamakhsyari Dhofier, MA., dalam Tradisi Pesantren, Kiai Hasyim dijuluki sebagai “kiblat para kiai Indonesia”, terutama pada masa-masa perjuangan. Sekalipun Kiai Hasyim tidak memimpin sebuah aliran tarekat, namun Kiai Hasyim juga memiliki karomah. Tongkat Kiai Hasyim yang bisa melayang kepada seseorang yang bersalah, demikian pula ucapan-ucapan Kiai Hasyim yang kemudian menjadikan seseorang yang sakit menjadi sehat seketika, adalah beberapa karomah Kiai Hasyim yang sudah melegenda.“

0 Response to "Kiyai Hasim Asyari Dan Jendral Sudirman"

Post a Comment